Geliat Bisnis Parcel Dan Hantaran Mahar Di Tengah Pandemi

Seserahan menjadi salah satu bagian yang penting dalam sebuah pernikahan. Biasanya, seserahan dikemas semenarik mungkin sebelum diberikan ke calon pasangan. Proses pengemasan ini membutuhkan tenaga dan biaya. Kondisi ini pun menjadi peluang bagi seorang Himatul Uliya, biasa disapa Ika, dan Taufik untuk mengembangkan usaha parcel seserahan, mahar dan juga persewaan kotak hantaran. Melalui brand Ika Parcel, pasangan suami istri ini bisa mengeruk omzet jutaan rupiah dari usaha tersebut.
Bagaimana perjalanan Ika membangun bisnisnya? Bisnis parcelnya sendiri mulai dijalankan sejak tahun 2010, sementara untuk hantaran Ika baru memulainya tiga tahun kemudian, tepatnya tahun 2013. Sejak masih bekerja di sebuah pasar swalayan, Ika sudah menerima order pembuatan parcel. Hasilnya cukup memuaskan karena Ika tidak pernah kekurangan pembeli. Lalu ketika tempat ia bekerja mengalami pailit dan ditutup, Ika pun semakin serius menggeluti usaha parcelnya.
Bersama dengan suaminya, Ika mengembangkan sayapnya ke usaha pembuatan hantaran, souvenir dan mahar. Dalam mengerjakan pesanan ia berbagi tugas dengan Taufik, suaminya. Taufik mengerjakan kotak hantaran dan pembuatan mahar, sementara Ika bertugas membuat isian hantaran dengan berbagai bentuk dan kreativitas. Jika pesanan membludak, merekapun akan mempekerjakan saudara dan orang-orang di sekitarnya.
Produk Ika Parcel sendiri memiliki beragam harga. Dimulai dari harga standar tiga puluh lima ribu rupiah untuk kotak plastik. Lalu untuk paket medium hingga paket premium antara duaratus ribu hingga tigaratus limapuluh ribu rupiah. Sementara untuk paket sewa premium isi empat dengan hiasan lampu, dipatok tigaratus limapuluh ribu rupiah.
Ika mengakui selama pandemi, ia mengalami penurunan omzet yang cukup tajam. Paling terasa ketika musim haji tiba, dimana biasanya souvenir gelas mencapai ribuan pesanan, namun sejak pandemi melanda, hal tersebut tidak pernah terjadi lagi. Ika berharap semoga pandemi bisa segera berlalu, sehingga para pelaku usaha bisa kembali membaik. (Tim Liputan Batik TV)
Bagaimana perjalanan Ika membangun bisnisnya? Bisnis parcelnya sendiri mulai dijalankan sejak tahun 2010, sementara untuk hantaran Ika baru memulainya tiga tahun kemudian, tepatnya tahun 2013. Sejak masih bekerja di sebuah pasar swalayan, Ika sudah menerima order pembuatan parcel. Hasilnya cukup memuaskan karena Ika tidak pernah kekurangan pembeli. Lalu ketika tempat ia bekerja mengalami pailit dan ditutup, Ika pun semakin serius menggeluti usaha parcelnya.
Bersama dengan suaminya, Ika mengembangkan sayapnya ke usaha pembuatan hantaran, souvenir dan mahar. Dalam mengerjakan pesanan ia berbagi tugas dengan Taufik, suaminya. Taufik mengerjakan kotak hantaran dan pembuatan mahar, sementara Ika bertugas membuat isian hantaran dengan berbagai bentuk dan kreativitas. Jika pesanan membludak, merekapun akan mempekerjakan saudara dan orang-orang di sekitarnya.
Produk Ika Parcel sendiri memiliki beragam harga. Dimulai dari harga standar tiga puluh lima ribu rupiah untuk kotak plastik. Lalu untuk paket medium hingga paket premium antara duaratus ribu hingga tigaratus limapuluh ribu rupiah. Sementara untuk paket sewa premium isi empat dengan hiasan lampu, dipatok tigaratus limapuluh ribu rupiah.
Ika mengakui selama pandemi, ia mengalami penurunan omzet yang cukup tajam. Paling terasa ketika musim haji tiba, dimana biasanya souvenir gelas mencapai ribuan pesanan, namun sejak pandemi melanda, hal tersebut tidak pernah terjadi lagi. Ika berharap semoga pandemi bisa segera berlalu, sehingga para pelaku usaha bisa kembali membaik. (Tim Liputan Batik TV)