HBDI KE 114, SANTRI YAYASAN AL USTMANI DIBEKALI PENYULUHAN DAN PEMERIKSAAN SKABIES
Sebagai rangkaian terakhir dalam memperingati Hari Bakti Dokter Indonesia (HBDI) ke 114 yang diperingati setiap 20 mei, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Pekalongan memberikan penyuluhan dan pemeriksaan kepada santri dan santriwati pondok pesantren Yayasan Al-Ustmani, Gejlik, Kajen, Kabupaten Pekalongan, Selasa (30/8).
Skabies ini merupakan penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh infestasi kutu Sarcoptes scabiei var hominis, dan rentan terjadi di lembaga kesejahteraan sosial seperti panti asuhan, dan pondok pesantren dimana penularan skabies dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kontak langsung, melalui pemakaian barang yang bergantian seperti handuk, selimut, pakaian, maupun faktor kebersihan lingkungan lainnya. Untuk itu IDI Cabang Pekalongan mengajak santri maupun pengasuh untuk mengenali penyakit scabies dan cara pencegahannya. Scabies sendiri lebih akrab atau lebih dikenal dengan kudis merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh masuknya tungau kecil ke dalam lapisan kulit luar. Tungau ini bernama Sarcoptes scabiei, mempunyai ukuran yang sangat kecil dan dapat bersarang pada lapisan kulit manusia ini akan menggali terowongan dan bertelur di dalam kulit, sehingga pengidap kudis akan merasakan gatal pada kulitnya. Di mana usai penyuluhan, para santri juga diberikan pemeriksaan dan konsultasi kepada para dokter dari IDI Pekalongan.
Wakil Ketua IDI Cabang Pekalongan, dr. Hasyim usai penyuluhan menjelaskan kegiatan ini bertujuan untuk menyadarkan santri akan pentingnya kesehatan dan kebersihan diri. pihaknya melihat kurangnya tingkat kebersihan pondok pesantren sehingga skabies ini sulit untuk dicegah penularannya dalam pondok pesantren jika kebersihan lingkungan tidak diperhatikan.
Ditambahkan pemateri dalam penyuluhan dr. Suryadi memaparkan scabies yang lebih dikenal oleh masyarakat Pekalongan dengan sebutan kudis ini menyerang seseorang yang bisa dikenali dengan gejala gatal terutama malam hari, ada bintil berair atau bernanah, hingga luka lecet pada bagian tubuh yang sering terkena skabies. Untuk itu pihaknya mengimbau agar para santri bisa mengubah perilaku hidup sehat dan bersih untuk dapat mengurangi bahkan terhindar dari scabies.
Sementara itu, Pengurus Yayasan Al-Ustmani Rifki menyampaikan terimakasih kepada IDI Pekalongan yang telah memberikan penyuluhan dan pengobatan gratis kepada 200 santrinya yang mengikuti. Pihaknya menyebut selama ini upaya yayasan dalam penanganan penyakit skabies pada santri yakni dengan menyediakan sarana dan prasarana, seperti: tempat cuci tangan, kamar mandi terpisah hingga telah melakukan kerjasama dengan puskesmas setempat. (Irva/BatikTV).
Skabies ini merupakan penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh infestasi kutu Sarcoptes scabiei var hominis, dan rentan terjadi di lembaga kesejahteraan sosial seperti panti asuhan, dan pondok pesantren dimana penularan skabies dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kontak langsung, melalui pemakaian barang yang bergantian seperti handuk, selimut, pakaian, maupun faktor kebersihan lingkungan lainnya. Untuk itu IDI Cabang Pekalongan mengajak santri maupun pengasuh untuk mengenali penyakit scabies dan cara pencegahannya. Scabies sendiri lebih akrab atau lebih dikenal dengan kudis merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh masuknya tungau kecil ke dalam lapisan kulit luar. Tungau ini bernama Sarcoptes scabiei, mempunyai ukuran yang sangat kecil dan dapat bersarang pada lapisan kulit manusia ini akan menggali terowongan dan bertelur di dalam kulit, sehingga pengidap kudis akan merasakan gatal pada kulitnya. Di mana usai penyuluhan, para santri juga diberikan pemeriksaan dan konsultasi kepada para dokter dari IDI Pekalongan.
Wakil Ketua IDI Cabang Pekalongan, dr. Hasyim usai penyuluhan menjelaskan kegiatan ini bertujuan untuk menyadarkan santri akan pentingnya kesehatan dan kebersihan diri. pihaknya melihat kurangnya tingkat kebersihan pondok pesantren sehingga skabies ini sulit untuk dicegah penularannya dalam pondok pesantren jika kebersihan lingkungan tidak diperhatikan.
Ditambahkan pemateri dalam penyuluhan dr. Suryadi memaparkan scabies yang lebih dikenal oleh masyarakat Pekalongan dengan sebutan kudis ini menyerang seseorang yang bisa dikenali dengan gejala gatal terutama malam hari, ada bintil berair atau bernanah, hingga luka lecet pada bagian tubuh yang sering terkena skabies. Untuk itu pihaknya mengimbau agar para santri bisa mengubah perilaku hidup sehat dan bersih untuk dapat mengurangi bahkan terhindar dari scabies.
Sementara itu, Pengurus Yayasan Al-Ustmani Rifki menyampaikan terimakasih kepada IDI Pekalongan yang telah memberikan penyuluhan dan pengobatan gratis kepada 200 santrinya yang mengikuti. Pihaknya menyebut selama ini upaya yayasan dalam penanganan penyakit skabies pada santri yakni dengan menyediakan sarana dan prasarana, seperti: tempat cuci tangan, kamar mandi terpisah hingga telah melakukan kerjasama dengan puskesmas setempat. (Irva/BatikTV).