Program Pengentasan Buta Aksara Dilaunching

Walikota Pekalongan, HM Saelany Machfudz SE melaunching Program Pengentasan Buta Aksara oleh Pendidik Kota Pekalongan Tahun 2019 di Aula Dinas Pendidikan (Dindk) di Jalan Maninjau Kota Pekalongan, Kamis (18/7/2019). Sebanyak 116 guru Sekolah Dasar (SD) di Kota Pekalongan ikut dalam program ini menjadi relawan tutor untuk mengentaskan 102 warga belajar buta aksara di Kota Pekalongan.
Menurut Saelany menjadi seorang relawan dalam pengentasan buta aksara adalah pengorbanan seorang pendidik. Saelany mengau tersentuh dengan banyaknya jumlah relawan yang andil dalam program ini. Gerakan para pendidik ini tentu akan mewujudkan mimpi Kota Pekalongan untuk nol (zero) buta aksara sehingga pada tahun 2020 natinya Kota Pekalongan menjadi Bebas Kota Bebas Buta Aksara, tutur Saelany.
Dikatakan Saelany bahwa menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban namun tidak semua orang berkesempatan untuk mencicipi pendidikan yang layak. Dulu, banyak orang tua yang tidak mendapat kesempatan belajar membaca. Pada era milenial ini jangan sampai kita biarkan orang buta aksara. Ketidaktahuan mereka harus diberantas, bukan hanya belajar huruf, barangkali mereka berpergian dapat paham tanda-tanda lalu lintas, ungkap Saelany.
ini Pemerintah Kota (Pemkot) Pekalongan melalui Dinas Pendidikan (Dindik) Kota Pekalongan memiliki kewajiban untuk mengentaskan 162 orang dari buta aksara. Setelah meluluskan 60 orang dengan memberikan Surat Keterangan Melek Aksara (Sukma) pada Mei 2019 lalu, kini Dindik Kota Pekalongan mengupayakan untuk mengentaskan 102 orang dari 19 kelurahan di Kota Pekalongan. Hal ini untuk mewujudkan Kota Pekalongan Bebas Buta Aksara pada akhir tahun 2019.
Diungkapkan Kepala Dindik Kota Pekalongan, Drs Soeroso MPd, pengentasan buta aksara tahun 2018 telah meluluskan 60 orang dan tahun 2019 ini akan mengentaskan 102 orang dengan melibatkan guru dalam program ini. Kalau tahun lalu tutornya bukan dari guru, tahun ini tutornya guru, bedanya mereka hadir sebagai relawan jadi tidak ada anggaran yang kami siapkan untuk mereka, jelas Soeroso.
Ternyata antusias guru di Kota Pekalongan luar biasa, ada 102 warga belajar yang harus dientaskan dan tutor yang mendaftar 116 relawan. Soeroso menerangkan bahwa program pengentasan buta aksara yang mengusung tema Dari Gelap Terbitlah Terang ini akan dimulai bulan Juli ini. Sebelumnya sudah ada pertemuan untuk membuat kontrak belajar dengan warga belajar. Jika para warga belajar menghendaki belajar sendiri-sendiri akan kami sanggupi karena kami memiliki banyak tutor tetapi jika ingin berkelompok juga akan dilayani, serta kalua meminta tutor datang ke rumah juga akan kami sanggupi, papr Soeroso.
Targetnya, Soeroso ingin memaksimalkan bakti para guru untuk Kota Pekalongan. Guru memiliki tugas pokok namun masih berkesempatan untuk kegiatan atau pengabdian lain seperti kegiatan Trauma Healing, bersih pantai, dan pemberian bantuan social yang pernah dilakukan. Kini para relawan ingin mengabdikan diri untuk pengentasan buta aksara di Kota Pekalongan. Tukas Soeroso.
Menurut Saelany menjadi seorang relawan dalam pengentasan buta aksara adalah pengorbanan seorang pendidik. Saelany mengau tersentuh dengan banyaknya jumlah relawan yang andil dalam program ini. Gerakan para pendidik ini tentu akan mewujudkan mimpi Kota Pekalongan untuk nol (zero) buta aksara sehingga pada tahun 2020 natinya Kota Pekalongan menjadi Bebas Kota Bebas Buta Aksara, tutur Saelany.
Dikatakan Saelany bahwa menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban namun tidak semua orang berkesempatan untuk mencicipi pendidikan yang layak. Dulu, banyak orang tua yang tidak mendapat kesempatan belajar membaca. Pada era milenial ini jangan sampai kita biarkan orang buta aksara. Ketidaktahuan mereka harus diberantas, bukan hanya belajar huruf, barangkali mereka berpergian dapat paham tanda-tanda lalu lintas, ungkap Saelany.
ini Pemerintah Kota (Pemkot) Pekalongan melalui Dinas Pendidikan (Dindik) Kota Pekalongan memiliki kewajiban untuk mengentaskan 162 orang dari buta aksara. Setelah meluluskan 60 orang dengan memberikan Surat Keterangan Melek Aksara (Sukma) pada Mei 2019 lalu, kini Dindik Kota Pekalongan mengupayakan untuk mengentaskan 102 orang dari 19 kelurahan di Kota Pekalongan. Hal ini untuk mewujudkan Kota Pekalongan Bebas Buta Aksara pada akhir tahun 2019.
Diungkapkan Kepala Dindik Kota Pekalongan, Drs Soeroso MPd, pengentasan buta aksara tahun 2018 telah meluluskan 60 orang dan tahun 2019 ini akan mengentaskan 102 orang dengan melibatkan guru dalam program ini. Kalau tahun lalu tutornya bukan dari guru, tahun ini tutornya guru, bedanya mereka hadir sebagai relawan jadi tidak ada anggaran yang kami siapkan untuk mereka, jelas Soeroso.
Ternyata antusias guru di Kota Pekalongan luar biasa, ada 102 warga belajar yang harus dientaskan dan tutor yang mendaftar 116 relawan. Soeroso menerangkan bahwa program pengentasan buta aksara yang mengusung tema Dari Gelap Terbitlah Terang ini akan dimulai bulan Juli ini. Sebelumnya sudah ada pertemuan untuk membuat kontrak belajar dengan warga belajar. Jika para warga belajar menghendaki belajar sendiri-sendiri akan kami sanggupi karena kami memiliki banyak tutor tetapi jika ingin berkelompok juga akan dilayani, serta kalua meminta tutor datang ke rumah juga akan kami sanggupi, papr Soeroso.
Targetnya, Soeroso ingin memaksimalkan bakti para guru untuk Kota Pekalongan. Guru memiliki tugas pokok namun masih berkesempatan untuk kegiatan atau pengabdian lain seperti kegiatan Trauma Healing, bersih pantai, dan pemberian bantuan social yang pernah dilakukan. Kini para relawan ingin mengabdikan diri untuk pengentasan buta aksara di Kota Pekalongan. Tukas Soeroso.